Masih mengenai konfigurasi DHCP pada Mikrotik, pada artikel sebelumnya telah
dibahas tentang fungsi dari fitur
DHCP Relay. Nah, untuk pembahasan kali ini kita akan mencoba mengulas salah satu fitur
dari DHCP di Mikrotik yang bisa dimanfaatkan sebagai
DHCP Security. Fitur tersebut terletak pada DHCP Server, yaitu
Delay Threshold dan
Authoritative.
Delay Threshold
Dengan menggunakan parameter ini, maka kita dapat menentukan DHCP Server manakah
yang akan diprioritaskan untuk distribusi alamat IP ke client. Jadi, semakin besar
nilai dari
threshold maka semakin rendah pula prioritasnya.
Hal ini sangat bermanfaat jika kita memiliki lebih dari satu DHCP Server. Kita
bisa menggunakan DHCP server yang lain sebagai '
backup'. Jika sewaktu-waktu DHCP
Server yang satu mengalami
error maka distribusi alamat IP bisa di-
cover oleh
DHCP Server yang lain. Untuk penggunaan di RouterBoard Mikrotik, bisanya diimplemantasikan
pada topologi jaringan satu segment dengan menggunakan mode bridge.
Sebagai contoh kasus dapat dilihat dari gambaran topologi berikut.
Apabila dilihat dari gambar diatas, diketahui bahwa kedua router saling terhubung
dan disetting dengan mode bridge. Masing-masing client yang terhubung di router
1 dan router 2 adalah satu segment. Nah, untuk alokasi alamat IP secara dinamic
maka ditambahkan DHCP Server pada router 1 dan juga router 2 pada interface bridge
di setiap router. Sehingga kita bisa menggunakan salah satu DHCP Server sebagai
'Backup'.
Pada contoh topologi diatas DHCP Server yang menjadi 'backup' adalah router 2.
Untuk itu kita harus melakukan konfigurasi pada parameter 'Delay Threshold' di
masing-masing router. Router yang menjadi 'backup' disetting dengan nilai threshold
lebih tinggi.
Authoritative
Dengan menggunakan parameter ini kita bisa menentukan bagaimana respon dari DHCP
Server terhadap
DHCP request. Apabila ada request alamat IP dari client yang mana
tidak dikenali dalam konfigurasi DHCP server dan parameter '
Authoritative=YES',
maka DHCP Server akan merespon dengan mengirimkan pesan
NACK (
Negative Acknowledgment).
Sehingga hal ini mengharuskan client untuk melakukan '
DHCP Discover'.
Jika disetting dengan '
Authoritative=NO', maka DHCP Server akan menolak request
alamat IP dari client tersebut (dianggap barangkali ada DHCP Server lain yang
meng-handle request tersebut).
Selain itu ada juga pilihan lain untuk parameter 'Authoritative' yaitu
after-10sec-delay
dan
after-2sec-delay.
<div align="justify"> -<em><strong> After-10sec-delay</strong></em> : Proses DHCP request dari client dengan nilai "secs<10" akan diproses seperti
menggunakan parameter "NO" namun jika nilai "secs>=10" akan diproses seperti menggunakan
parameter "YES".
-<em><strong> After-2sec-delay</strong></em> : Proses DHCP request dari client
dengan nilai "secs<2" akan diproses seperti menggunakan parameter
"NO" namun jika nilai "secs>=2" akan diproses seperti menggunakan
parameter "YES".
Nah, dengan mekanisme tersebut, parameter ini bisa digunakan untuk menanggulangi
apabila ada DHCP server "tandingan" atau DHCP Rogue dalam sebuah jaringan. Misalnya
seperti contoh berikut.
Seperti gambar topologi diatas,
terlihat ada 2 router yang berfungsi sebagai DHCP Server untuk distribusi alamat
IP ke jaringan lokal 10.5.5.0/24. Kita bisa melakukan setting pada DHCP Server
dengan '
Authoritive=YES', sehingga secara otomatis DHCP Request akan langsung menuju ke DHCP Server
tersebut dan mengabaikan DHCP Server 'tandingan'.
*) Catatan: Jika pada parameter 'Delay Threshold' disetting, maka untuk 'Authoritive'
akan diabaikan.